KASUS-KASUS SEFT

Penanganan SEFT untuk kasus Epilepsi

Sebut saja Tono, pemuda berusia 30 tahun,sejak setahun, mengalami epilepsi ringan.Epilepsi ini, berkait erat dengan faktor emosi yang ada dalam dirinya. Dia seorang anak bungsu dari 3 bersaudara yang selalu didominasi kakak dan orangtua. Sementara dia sendiri tidak punya kemampuan untuk melawan mereka. Usia yang terbilang cukup matang, dia masih membujang dan belu memiliki pekerjaan tetap. Hal ini memicu dirinya untuk selalu menyimpan kekesalan hanya di dalam hati. Awal pertama diterapi SEFT, dia begitu tampak tertekan dan keluar keringat dingin, yang berlebihan. Wajahnya selalu ditundukkan. Raut mukanya, tampak ada yang tertahan. Pada waktu terapi, sempat sedikit kejang, tanda epilepsinya kambuh.Terus saya lakukan tapping, terutama dititik bawah hidung, sebagai titik kesadaran.Saya lakukan terapi seft dengan dua kali putaran. Yang pertama untuk sakitnya. Dan yang kedua untuk faktor emosinya.

Selang 2 minggu dari terapi awal, Tono datang lagi untuk terapi kedua.Dari wajahnya sudah tidak lagi setegang pertemuan pertama, dan dia mulai bisa bercerita dengan lebih lancar.Dia mengatakan..alhamdulillah ada perubahan saat diterapi.Epilepsinya tidak lagi kambuh sesering sebelum diterapi. Biasanya setelah 3 kali terapi, saya anjurkan dan ajarkan pasien untuk mampu melakukan terapi seft sendiri.Dengan melalui bimbingan ataupiun mengikuti pelatihan SEFT, agar ia mampu mengatasi persoalan-persoalan fisik dan emosinya sendiri.

Template by : kendhin design by : abinahumam